Selasa, 11 Agustus 2015

Bapa Suci Menetapkan Tanggal 1 September sebagai Hari Doa Sedunia bagi Pemeliharaan Seluruh Ciptaan


Artikel ini merujuk kepada berita dalam Bahasa Inggris yang dapat Anda temukan di halaman ini.

Oleh Cindy Wooden Catholic News Service

KOTA VATIKAN (CNS) - Sebagaimana yang telah dilakukan Gereja Ortodoks, Gereja Katolik secara resmi akan menandai tanggal 1 September sebagai Hari Doa Sedunia demi Pemeliharaan Seluruh Ciptaan, sebagaimana yang telah diputuskan Paus Fransiskus.



Hari doa ini, sebagaimana dikatakan Bapa Suci, akan memberikan kesempatan baik kepada perseorangan maupun komunitas-komunitas untuk mendalami penyertaan Allah dalam melindungi ciptaan. Dalam kesempatan yang sama, hendaknya kita pula memohon belas kasihan Allah "atas dosa-dosa yang telah kita lakukan terhadap dunia yang dikaruniakan Allah bagi kita untuk kita tinggali."

Bapa Suci Fransiskus mengumumkan keputusannya untuk menambahkan hari doa tahunan ke penanggalan Gereja Katolik dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Kardinal Peter Turkson, presiden Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, serta Kardinal Kurt Koch, presiden Komisi Kepausan untuk Penyelenggaraan Persatuan Umat Kristiani. Isi dari surat tersebut, yang bertanggal 6 Agustus 2015, dipublikasikan oleh Vatikan pada tanggal 10 Agustus.


Bapa Suci Fransiskus mengatakan bahwa beliau menetapkan hari doa ini bagi seluruh umat Katolik karena beliau memiliki perhatian yang besar atas terpeliharanya seluruh ciptaan, sebagaimana yang dihidupi pula oleh Patriark Ekumenis Bartolomeus dari Konstantinopel, yang menetapkan hari doa serupa bagi Gereja Ortodoks pada tahun 1989.

Uskup Metropolitan John dari Pergamon, yang hadir sebagai perwakilan patriark pada konferensi pers perihal ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si, pada tanggal 18 Juni yang lalu menyarankan bahwa ada baiknya apabila seluruh umat Kristiani bersatu dalam doa pada tanggal 1 September.

"Hal ini akan menandai suatu langkah menuju semakin eratnya kedekatan kedua belah pihak," sambungnya.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa umat Kristiani hendak berkontribusi secara khusus dalam melindungi ciptaan, namun pertama-tama mereka harus menemukan kembali landasan spiritual atas keputusan yang mereka ambil ini dengan memahami situasi aktual dunia, diawali dengan menumbuhkan sikap mawas diri bahwa "kehidupan roh tidak terlepas baik dari tubuh maupun alam," tetapi hidup dalam suatu kesatuan dengan kenyataan duniawi.

Krisis ekologis, sebagaimana yang beliau lanjutkan, adalah suatu panggilan "terhadap suatu peralihan spiritual mendalam" dan kepada suatu cara hidup yang menunjukkan dengan sungguh bahwa mereka adalah pengikut Allah.

Merujuk kepada ensiklik yang beliau keluarkan, Bapa Suci mengatakan bahwa, "menghidupi panggilan kita sebagai pelindung karya tangan Allah adalah inti dari kehidupan yang meletakkan Allah sebagai tujuan kita; ini bukanlah suatu aspek pilihan atau alternatif dari kehidupan kita sebagai umat Kristiani." Hari Doa Sedunia demi Pemeliharaan Seluruh Ciptaan yang akan diadakan setiap tahun, Bapa Suci katakan, akan menjadi waktu bagi perseorangan dan komunitas-komunitas untuk "meneguhkan kembali panggilan mereka untuk menjadi pelayan ciptaan, untuk bersyukur kepada Tuhan atas karya tangan-Nya yang mengagumkan yang telah Ia percayakan ke dalam pemeliharaan kita, dan untuk menemukan kembali pertolongan Allah demi pemeliharaan seluruh ciptaan sebagaimana belas kasih-Nya atas segala dosa yang telah kita lakukan terhadap dunia yang kita tinggali."

Bapa Suci meminta Kardinal Koch untuk berkonsultasi dan bekerja dengan rekan-rekan ekumenis Gereja Katolik serta Dewan Gereja Dunia untuk memastikan bahwa hari doa ini menjadi suatu tanda komitmen umat beriman Kristiani untuk bekerja bersama melindungi seluruh ciptaan "demi hasil yang lebih kredibel dan efektif." Beliau mempercayakan Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian untuk bekerjasama dengan konferensi para wakil Gereja dan organisasi-organisasi pemerhati lingkungan untuk memublikasikan dan bekerjasama dalam menentukan cara-cara yang tepat untuk memperingati usaha ini.

"Saya memohon penyelenggaraan Allah dengan perantaraan Maria, bunda Allah, dan St. Fransiskus dari Asisi. Madah Ciptaan mereka telah menginspirasi begitu banyak orang yang berkehendak baik untuk hidup dalam rasa syukur kepada Sang Pencipta dan rasa hormat yang tiada henti kepada ciptaan," ucap beliau.


*****

Tanpa dapat disangkal, kehidupan adalah salah satu karunia terindah Allah yang kita terima. Dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini, dapatkah kita menghitung berapa banyak rahmat yang kita telah terima dari Allah? Masih ingatkah kita akan kisah orangtua kita saat mereka mendengar kita mengucapkan kata pertama kita sebagai seorang bayi? Masih ingatkah kita betapa bahagianya orangtua kita setiap kali melihat kita bergerak dengan lincah dan bahagianya saat kita masih kanak-kanak? Masih ingatkah kita dengan pengalaman bahagia yang kita lewati dengan teman-teman masa kecil kita? Masih ingatkah kita dengan teman-teman kita atau bahkan pasangan kita yang telah menjalani waktu yang indah bersama-sama dengan kita? Ada banyak pengalaman-pengalaman lain yang tidak bisa kita lupakan, yang unik antara satu orang dengan yang lainnya. Tapi, pernahkah sekali waktu kita menyadari bahwa tidak ada satupun dari pengalaman ini hadir atas kehendak kita pribadi? Pernahkah kita mendapatkan suatu pengalaman yang bahkan kita tidak bisa pahami mengapa terjadi, namun sungguh tidak bisa kita lupakan karena kenangan bahagia yang kita dapatkan?

Dengan begitu indahnya, Allah telah mengukir kehidupan setiap insan mulai dari rahim ibunya sampai ia berpaling kembali untuk hidup bersama Allah. Pengalaman-pengalaman hidup yang telah kita dapatkan adalah bukti penyertaan Allah akan hidup kita. Ia yang adalah Kasih, senantiasa mengasihi kita sejak kita masih berada dalam rahim ibu kita, bahkan sampai kita meninggal kelak. Allah yang begitu sempurna, tidak berhenti pada saat ia menciptakan kita, namun terus di sepanjang hidup kita. Ia memberi kita hidup dan merawat kita lebih daripada seorang ibu mencintai anaknya. Cinta Allah kepada kita lebih kuat daripada maut. Cinta yang begitu agung inilah yang kita kecap setiap hari. Namun, cinta ini belumlah sempurna. Cinta yang sejati akan lahir apabila kita menanggapinya dan cara terbaik untuk menanggapi cinta yang telah Allah berikan kepada kita adalah dengan membiarkan hidup kita dipakai oleh Allah. Begitu besar cinta yang telah kita terima dari Allah, meluap dalam diri kita dan menanti untuk dibagikan kepada yang lain. Hati manusia yang terbatas tidak akan mampu menampung cinta Allah yang tanpa batas. Namun, hati dan hidup kita sungguh akan menikmati luapan cinta ini sepanjang masa apabila kita mau berbagi dengan yang lain.

Berbagi cinta Allah adalah identitas seorang Kristiani. Dengan berbagi kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan menderita, kita menjadikan hidup kita saksi hidup akan kasih Allah lewat kasih yang kita salurkan. Namun, manusia bukanlah semata-mata sasaran dari kasih Allah. Lingkungan sekitar kita, tempat kita hidup juga adalah sasaran cinta kasih Allah. Sebagaimana tubuh adalah Bait Allah yang kudus, demikianlah pula seluruh ciptaan adalah kudus adanya karena mereka lahir dan diciptakan oleh Allah sendiri yang kudus adanya. Sebagai citra Allah, setiap dari kita dituntut untuk menjadi wajah Allah yang hidup, bagi sesama dan lingkungan sekitar kita. Menjaga lingkungan juga hendaknya menjadi nafas kehidupan Kristiani. Pernahkah kita sadar bahwa bumi yang kita tinggali ini menghabiskan hari-hari yang dilewatinya dalam penderitaan? Berapa banyak tempat di dunia yang telah tercemar oleh limbah? Berapa banyak tempat di dunia yang menderita kekeringan? Berapa banyak tempat yang dilanda cuaca ekstrim? Berapa banyak tempat di dunia yang tumpukan sampah telah menjadi bagian dari hidup sehari-hari? 

Manusia sejatinya adalah makhluk yang luhur, penuh kasih, dan empati kepada sesama. Namun, kerap kali manusia pulalah yang menjadi akar masalah, terutama masalah lingkungan. Pilihan kita untuk fokus pada kehidupan diri kita sendiri dan orang yang kita kenal adalah akar segalanya. Kita semakin tidak peduli terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar lingkungan ini. Tampak sepele memang, namun apabila kita runut lebih mendalam, sadarkah kita bahwa ketidakacuhan kita kepada lingkungan adalah awal terjadinya kerusakan lingkungan? Sebagian dari kita mungkin berkelit dengan mengatakan, "Loh, manusia tidak bisa disalahkan begitu saja karena setiap waktu kita berhadapan dengan risiko bencana alam yang jelas-jelas juga merusak alam. Jadi, jangan salahkan manusia begitu saja." Memang betul bahwa kita senantiasa hidup berdampingan dengan risiko bencana alam, namun tahukah kita bahwa bencana alam menyumbang tidak lebih dari 30% total kerusakan alam dan alam dengan kemampuannya sendiri mampu memulihkan keadaannya jika saja kerusakan yang terjadi semata-mata berawal dari bencana alam? 

Kepedulian kepada lingkungan adalah nafas Kristianitas. Mencintai Allah berarti mencintai lingkungan dan kedua hal ini tidak dapat dipisahkan sama sekali. Dengan ditetapkannya Hari Doa Sedunia demi Pemeliharaan Ciptaan, Gereja Katolik ingin memberikan perhatian dan upaya yang lebih serius untuk menjaga lingkungan. Bagaimana kelak kita berkata kepada anak cucu kita bahwa kita mencintai Allah dan mereka, namun kita dengan seenaknya membuang limbah sembarangan? Bagaimana kelak kita berkata bahwa kita menginginkan hidup yang lebih baik, kalau semata-mata kita hanya peduli pada lingkungan rumah kita, sementara lingkungan tetangga kita mungkin jauh lebih tidak layak dari kita? Cinta membutuhkan komitment dan bukti, bukan sekadar untaian kita. Cinta kita kepada Allah mari kita tunjukkan dengan mencintai dan menjaga lingkungan. Tugas ini bukan semata-mata tugas pihak atau instansi tertentu, melainkan tugas kita bersama yang kita pikul dalam rasa syukur kepada Allah.

Semoga kita dapat menjadikan bumi ini lebih baik bagi seluruh ciptaan.

Totus Tuus.

Unknown Totus Tuus Maria

Tuhan beserta Anda sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar